Rabu, 25 September 2013

Cerpen 2011 "Elegi Senja Hari"

Elegi Senja hari
Berjalanlah walau habis terang
Ambil cahaya cinta tuk terangi harimu
Diantara beribu lainnya
Kau tetap, kau tetap, kau tetap benderang
          Lagu Peterpan yang berjudul “Walau habis Terang”  itu terdengar  dari sebuah kamar, dengan volume yang cukup keras. Kamar itu bisa dikatakan berantakan. Hampir semua benda yang menghuni kamar itu tidak ditempatkan di tempatnya. Buku, peralatan sekolah, majalah, pakaian, gitar, dan sebuah bola tidak mendapatkan perlakuan yang adil dari sang penghuni.
          Yandi adalah nama lengkap pemilik tahta di kamar itu. Berpostur cukup tinggi, cuek, baby face, friendly dan hobi bermusik. Itulah sedikit deskripsi tentangnya.
          Waktu menunjukkkan pukul 06.30. “Mah, Pah Yandi berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum” teriak Yandi dari teras rumah. “ Waalaikumsalam, hati-hati ka” jawab sang ibu yang sedang sibuk mempersiapkan bekal untuk adik Yandi yang masih duduk di bangku TK.
          Baru selangkah melangkah, Yandi ingat sesuatu dan iapun bergegas menghampiri ibunya di dapur. “Oh iya mah, kayaknya kaka bakal pulang telat bahkan sore. Soalnya ada persiapan buat perpisahan besok di sekolah. Besok mamah harus dateng, soalnya wali murid kelas XII wajib hadir. Hampir aja lupa cium tangan dan yang lebih penting lagi uang jajannya belum.hehe” canda Yandi.
“ Iya ibu juga tahu. Jangan lupa kerjain tugasmu nanti malam”.
“Siap boss. Assalamualaikum.”
”Waalaikumsalam” jawab sang ibu.
Yandi memang mempunyai selera humor yang tinggi. Namun ketika ia tak menyukai suatu hal, iapun langsung mencoret hal itu dari kamusnya. Yang terkadang itu membuat ia memberontak. Tapi ia selalu menghadapinya dengan enjoy.
Yandipun memutuskan berjalan kaki untuk berangkat ke sekolahnya yang jaraknya tidak lebih dari 500 meter. Cukup waktu sekitar 20 menit untuk sampai di sekolahnya. Langkah demi langkah ia tempuh dengan ringan. Sesampainya di sekolah, iapun langsung bergabung dengan sahabat-sahabatnya. Kebetulan mereka dipercaya untuk mengatur acara perpisahan besok pagi. Kerja merekapun cukup ringan, karena sekolah memutuskan menyewa EO untuk mengatur sebagian perlengkapan untuk acara yang cukup penting itu. Selain memberikan kesan terbaik kepada calon alumnus, itupun bertujuan untuk menarik perhatian para calon siswa di tahun ajaran baru. Dan setiap tahunnya sekolah itu selalu dibanjiri siswa-siswa yang ingin menimba ilmu di sekolah favorit itu.
“ Assalamualaikum” teriak Yandi mengagetkan teman-temannya. “Waalaikumsalam” jawab teman-temannya spontan tapi kompak. “ Kemana aja mang jam segini baru dateng? Hayo, tadi melem emang ngamen sampe jam berapa?” tanya ifan menggoda. “Orang saya cuma telat 2 menit, dasar hiperbol” jawab Yandi tak mau kalah. “ Tetep aja judulnya telat di”. “Hahaahaa”. Tawa semuanya. Begitulah keakraban diantara mereka.
“Yandi, kamu udah ngedata anak-anak yang mau pentas besokkan?” tanya Mikha. “Ya pasti belum non, kamu si kayak nggak tau aja Yandi kayak gimana, hahaha. Pasti kerjaannya ngamen” ejek Yana. “Ehem ehem, tes tes lapor bahwa saya yang bernama Yandi Pratama sudah melaksankan tugas dari bos, laporan selesai. Oh ya satu lagi buat saudara Yana, kalau itu bukan `ngamen tapi hobi. Ingat itu! ” kata Yandi dengan percaya diri. “Yup betul, hobi musik itu nggak salahkan?” tanya Faris membela Yandi. Faris dan Yandi merupakan dua manusia yang mempunyai hobi musik. Namun yang beda adalah idola mereka. Yandi suka Peterpan, sedangkan Faris Sheila On 7.
“Weits, sudah-sudah kita fokus dulu sama kerjaan kita. Jadi ada berapa yang mau pentas besok?” tanya April. “Ada 9 non, 2 tarian tradisional, 2 modern dance, 1 pembacaan puisi, dan 3 penampilan band dari perwakilan kelas X, XI, dan XII. Yang terakhir penampilan dari guesststar yang bawain 4 lagu”.Risa sang sekretarispun langsung mencatat apa yang dijelaskan oleh Yandi.
Merekapun terlihat bersemangat untuk acara perpisahan angkatan mereka. Selain merupakan program terakhir, merekapun ingin membuat kesan yang terbaik sebelum masa sekolah itu berakhir. Walaupun terlalu sering mereka berbeda pendapat, tapi itu dapat diatasi dengan seksama. Pada awalnya mereka tidak terlau akrab, namun seiring berjalannya waktu, kebersamaanpun menjadi kebutuhan mereka. Bahasa lebaynya sih, kalau nggak kumpul-kumpul serasa ada yang kurang.
“Hmm.. mungkin kebersamaan ini akan segera berakhir. Aku akan merindukan kalian semua kawan” kata Yandi dalam hati.
Sang mentaripun enggan berlama-lama berada di ufuk timur. Kebosanannya terbayarkan setelah bumi berotasi beberapa derajat. Mentaripun dengan percaya diri menatap tajam ke bumi dengan memancarkan sinar sekaligus panas yang membuat manusia mengibarkan bendera putih tanda menyerah.
“Pekerjaan hampir selesai, semangat teman-teman!” kata Selli menyemangati.
2 jam kemudian, pekerjaan merekapun selesai. Terlihat wajah penuh seri, merekapun bersama-sama mengucapkan “Allhamdulilah”. Tepat jam 1 siang Yandi dan kawan-kawannya memutuskan untuk shalat Dzuhur.
Setelah shalat selesai, Yandipun bergumam “Ya Allah apakah disana saya akan mendapatkan teman-teman seperti mereka? Semoga”.
Selesai shalat merekapun memutuskan untuk pergi ke kantin. Namun baru beberapa melangkah Yandi mengeluarkan suara yang tak seperti biasanya, suaranya serak seperti tertahan di tenggorokan. “Teman-teman, sebenarnya...” Yandipun menghentikan perkataannya.  “ Teman-teman, sebenarnya...” Yandipun mengulanginya dengan suara yang kurang jelas dengan air muka yang sedih, sehingga membuat teman-temanya penasaran.
“ Apa sob? Kamu lagi akting ya? Terobsesi sama siapa hayoo? Ceritanya bercita-cita jadi vokalis sekaligus aktor?hahaha” canda Jana. “Buat sekarang serius Jana Suprapta Syutanmanraja” jawab Yandi tegas. “ Ssttt sudah-sudah, kita bicarakan saja  di kantin sekalian ngisi perut. Laper tau..” kata Mikha memberikan jalan keluar.
Setibanya di kantin, merekapun langsung memesan makanan yang akan menjadi korban kelaparan mereka. Selesai makan, Farispun membuka pembicaraan dengan memberikan ide untuk menampilkan sebuah penampilan untuk acara besok. Merekapun sepakat untuk menyanyikan lagu Semua Tentang Kita dari Peterpan dengan jenis musik akustik.
          “Eh latihan yuk, tapi jangan disini. Bosen tau” kata Karin memberikan ide. “Wah boleh tuh, gimana kalau di belakang rumah saya, kebetulan ada gazebo yang cukup besar. Ya setidaknya cukup untuk menampung si gembul Faris” sambung Petra. Semuanya tertawa setelah mendengar apa yang dibicarakan Petra. Akhirnya semuanya menyetujui ide dari Karin dan Petra.
          Peluh yang bercucuran, waktu yang tersita, dan kelelahanpun terbayar sudah dengan suasana yang menyenangkan seperti itu. Mataharipun sudah mulai lelah menampakkan cahaya dan panasnya. Hingga sedikit demi sedikit keindahan suasana sore hari mulai terasa. Sinarnya yang lembut, membuat mereka enggan untuk beranjak pergi. Suasana latihanpun terasa menyenangkan dan mengesankan, walaupun terkadang ada saja lelucon yang mereka buat. Sehingga bagi yang mendengarkan tidak bisa menahan gelak tawa mereka. Namun suasana itu sedikit panas ketika ada segerombolan siswa membuat kerusuhan,  kebetulan anak-anak itu seangkatan dan satu sekolah dengan mereka. Baik buruknya suatu hal, pasti ada saja yang pro dan kontra. Akhirnya mereka mengakhiri latihan dan saling memberikan salam perpisahan.
“Besok aku harus mengatakannya”kata Yandi dalam hati.
          Senjapun berganti malam, dan menutup hari yang lelah. Dan besokpun akan menjadi hari yang melelahkan. Persiapanpun dilakukan untuk acara besok. Yandi dan Faris mempersiapkan untuk penampilannya besok, yang akan membawakan 1 lagu dengan band garapannya. Mikha dan Risa mempersiapkan untuk sambutan mereka sebagai ketua panitia dan perwakilan kelas XII. Karin dan Petra sebagi MC hiburan. Dan yang lainnya tidak ketinggalan dengan seabrek tugas yang harus dipersiapkan. Seperti dokumentasi, buku tamu, konsumsi, acara adat, menghubungi bintang tamu dan promosi sekolah mereka. Akhirnya rasa lelah tak dapat dicegah lagi.
          Perlahan-lahan matahari mulai menampakkan cahaya. Terlihat mulai banyak orang yang yang mengais rezeki pada waktu itu.
          “Kaka bangun udah Shubuh” kata sang ibu dengan menggoyangkan perlahan tubuh anaknya. “Huaam, iya bu”. Yandipun segera bangun dan bergegas mandi sekaligus mengambil air wudhu untuk mengerjakan shalat shubuh.
          Waktu menunjukkan pukul 05.30. Yandi memutuskan untuk langsung berangkat sekolah. Ia yakin bahwa sudah banyak temanya yang telah sampai di sekolah. Yandipun menyusuri jalan yang biasa ia lalui, namun bedanya adalah langkah Yandi lebih dipercepat. Ketika sampai di sekolah, ternyata tebakan Yandi benar. Sudah banyak temanya yang mendahului kedatangannya.
          “Yandi hubungi Pa Heri, perkiraan ada berapa tamu yang dari dinas?” Mikha memberikan tugas pertama kepada Yandi. “Siap non” jawab Yandi. Merekapun sibuk dengan pekerjaannya. Tak terasa acarapun akan segera dimulai. Tampak raut cemas dari wajah mereka. Rasa cemas itupun sedikit terbayar setelah acara inti selesai. Mikha, Risa, dan Faris dapat menyelesaikan tugas dengan baik dalam acara inti. Sekarang adalah giliran Karin, Petra, dan Yandi yang menjadi dalang dalam acara hiburan.
          Acara hiburanpun mengacu kepada data yang diberikan Yandi. Satu persatupun tampil di atas panggung. Tiba waktunya penampilan dari band Yandi dan Faris yang kemudian langsung dilanjutkan dengan persembahan dari kelas XII yaitu lagu Semua Tentang Kita. Tak disangka dukungan dari siswa yang lainpun sangat meriah. Mereka ikut bernyanyi bersama.
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
          Yandi, Mikha, Karin, Risa, Faris, Petra, Jana dan yang lainnya merasa puas. Ternyata yang mereka lakukan dapat dinikmati oleh teman-teman yang lain.  Dan mereka berhasil membuat sebuah acara yang berkesan sepanjang masa putih abu-abu mereka. Semuanyapun ikut bersenang-senang sampai acara selesai.
          Setelah semuanya beres, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Semuanya saling bercerita dan berbagi pendapat tentang acara tadi. Namun berbeda dengan Yandi, ia hanya diam sejak acara itu selesai. Yandi memilih untuk diam sampai ia mengatakan semuanya.
          “Pokoknya tiap 1 tahun atau 6 bulan sekali kita wajib kumpul-kumpul seperti ini. Untungnya kita berenam dapet kampus yang berdekatan” kata Jana. “ Iya dong, sayakan bakal satu kampus sama Yandi. Iyakan sob?” tanya Faris kepada Yandi. “Hmmm, saya mau bilang sesuatu” Yandi mulai berbicara. “Pasti kamu mau bilang kalau kamu nggak mau jauh sama ibu kamu, terus kamu kangen, terus kamu nggak betah sekolah disana, kamu pengen tetep deket ibu kamu, terus kamu keluar dari kampus itu, terus pilih kampus yang dekat dari rumah kamu. Benerkan? Haahaa” canda Petra. “Besok saya pergi ke Kalimantan dan nggak bakal balik lagi kesini” hanya itulah yang dikatakan oleh Yandi. Semuanya hanya terdiam. Mikhapun memecah kesunyian “Kamu bercandakan Yan?”. “Nggak Kha aku serius” jawab Yandi. Jana yang dikenal paling keras diantara mereka, langsung menarik kerah baju Yandi. “Kenapa kamu baru bilang sekarang?heuh?” tanya Jana dan langsung melepaskan tarikannya. “Saya nggak mau bilang ke kalian, karena saya takut kalian hanya ingin menyenangkan hati saya sebelum saya pergi. Yang ada hanya kepalsuan. Saya lebih suka sifat asli kalian yang apa adanya. Yang bisa terima saya apa adanya. Dan misi saya berhasil, untungnya walaupun saya nggak memberitahu kalian, kalian tetap bisa menyenangkan hati saya. Kalian adalah sahabat-sahabat saya. Ingat itu, dan jangan lupakan saya” itulah yang dikatakan Yandi. Merekapun saling berpelukan, sedangkan Mikha, Karin , Risa tidak bisa menutupi kesedihannya. Kesedihan mereka tertumpah waktu itu sore itu.
          Haripun berganti, sorepun datang begitu cepat. Petra, Jana, Mikha, Karin, Risa, dan Faris mengantarkan Yandi sampai pelabuhan. Disana mereka saling berjanji untuk memberikan kabar satu sama lain. “Jangan sampai komunikasi kita terputus. Titik” tegas Faris. Semuanyapun mengiyakan. Mereka melambaikan tangan kepada Yandi dengan senyum yang tidak bisa menutupi kesedihan mereka. Senja itulah yang menjadi saksi persahabatan mereka.

                                                                                    


By: Arofah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar